B. Indonesia

Pertanyaan

Perayaan Imlek (antara lain mewujud dalam Grebeg Sudiro di Solo yang telah berlangsung sepuluh tahun) bisa sangat akulturatif. Kirab barongsai, gunungan kue keranjang, marching band, pasukan pengibar bendera, atraksi reog ponorogo, tarian tradisional maupun kontemporer di kawasan Sudiroprajan, penyalaan lampion di pintu gerbang Pasar Gede dan tempat lain, jelas merupakan paduan artistik antara budaya Tionghoa dan Jawa. Mengapa budaya yang sangat akulturatif itu memiliki pendukung dan menjadi daya tarik wisata? Tentu karena ada masyarakat beretnis Tionghoa dan Jawa yang hidup berdampingan, rukun, dan saling menghormati. Selain itu, acara ini sebenarnya merupakan tradisi lanjutan dari perayaan Buk Teko. Tradisi menjelang Imlek ini sudah dirayakan sejak Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Paku Buwono X (1893-1939) berkuasa. Perayaan ini masih akan dilaksanakan pada waktu mendatang jika semangat kemajemukan dan multikulturalisme masih menjadi sikap hidup. Perayaan akan mati jika masyarakat yang sektarian matian-matian menolak budaya yang merupakan dialog elegan antara kejawaan dan ketionghoaan ini. Jadi, memang diperlukan masyarakat yang tak menang-menangan dan merasa paling benar untuk menghidupkan budaya yang tak bersandar pada ritual keagamaan.

Opini penulis dalam kutipan tajuk tersebut adalah ....

1 Jawaban

  • Opini penulis dalam kutipan tajuk tersebut adalah ....

    memang diperlukan masyarakat yang tak menang-menangan dan merasa paling benar untuk menghidupkan budaya yang tak bersandar pada ritual keagamaan

Pertanyaan Lainnya