B. Indonesia

Pertanyaan

materi tentang nilai kearifan lokal melalui cerita rakyat?

1 Jawaban

  • UNSUR INTRINSIK
    Pengertian Cerita Rakyat
    Cerita Rakyat, adalah cerita yang tumbuh disuatu masyarakat dan tumbuh berkembang dalam masyarakat tersebut. Cerita rakyat juga sering disebut sebagai cerita warisan nenek moyang. 

    Ciri-ciri Cerita Rakyat
    Disampaikan turun temurun atau berkembang dari mulut ke mulut.
    Kaya akan nilai-nilai luhur atau pesan moral.
    Bersifat Tradisional.
    Mempunyai bentuk-bentuk Klise dalam susunan atau cara.
    Bersifat anonim,artinya nama pengarang tidak ada.
    Memiliki nilai budaya dan tradisi.
    UNSUR
    Instrinsik
    Perbedaan Hikayat dengan Cerpen dan Novel
    Unsur instrinsik adalah unsur yang membangun cerita dari dalam. 
    Unsur-unsur instrinsik cerita rakyat, yaitu :
    Tema
    Alur
    Latar
    Tokoh dan Penokohan
    Sudut Pandang
    Amanat
    UNSUR EKSTRINSIK
    Unsur Eksentrik adalah unsur yang berada di luar karya sastra atau cerita namun turut menetukan bentuk dan isi suatu karya/cerita. Unsur-unsur eksttrinsik cerita rakyat, yaitu : agama, politik, moral, aliran pengarang, psikologi, sejarah, sosial budaya, dan lain-lain.

    Novel, cerpen dan hikayat memiliki perbedaan walaupun sama sama berbentuk prosa/karangan. Perbedaannya dapat diliat dari unsur intrinsiknya yaitu:

    Hikayat Yong Dolah
    Pengertian Hikayat
    Cerita rakyat memiliki banyak ragam, salah satunya adalah Hikayat.

    Hikayat adalah cerita Melayu Klasik yang menonjolkan unsur penceritaan berciri kemustahilan dan kesaktian tokoh-tokohnya. 

    Melestarikan Nilai Kearifan Lokal Melalui Cerita Rakyat 

    Ekstrinsik
    Contoh Teks Hikayat
    Hikayat Si Miskin
    Hikayat Malin Dewa
    Hikayat Indera Bangsawan
    Hikayat Hang Tuah
    Hikayat Pandawa Jaya
    Hikayat 1001 Malam
    ALUR
    Alur adalah jalannya cerita, rangkaian peristiwa yang membentuk cerita dengan dasar hubungan sebab akibat.
    MAJU
    MUNDUR
    GABUNGAN
    TEMA
    Tema adalah pokok pikiran yang dipakai sebagai dasar pengarang, pokok pikiran pengarang, dan ide pokok permasalahan.
    Latar, adalah keterangan tentang tempat, waktu dan suasana; tempat/waktu terjadinya peristiwa. 

    LATAR
    TEMPAT
    SUASANA
    WAKTU
    Penokohan, adalah lukisan watak pelaku, cara pengarang menggambarkan watak tokoh. 
    Istilah tokoh menunjukkan pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan pekonokohan menunjukkan pada sikap kualitas pribadi tokoh.

    TOKOH & PENOKOHAN
    ANTAGONIS
    PROTAGONiS
    Sudut Pandang, adalah kedudukan pengarang dalam cerita atau cara pandang pengarang. 
    Setiap pengarang memiliki sudut pandang penceritaan yang berbeda meliputi:

    Sudut pandang orang pertama (aku, saya)
    Sudut pandang orang kedua (kamu, kau)
    Sudut pandang orang ketiga (ia, dia)

    Sudut Pandang
    Amanat, adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang lewat cerita.

    AMANAT
    1. TEMA
    Tema-tema dalam hikayat biasanya hampir sama, seperti perjuangan seorangn pahlawan hingga akhirnya menjadi raja, percintaan raja dan permaisurinya, dan lain-lain. Tema-tema dalam novel atau cerpen lebih beragam dan banyak pilihanya dari tema-tema dalam hikayat, seperti persahabatan, percintaan, agama, keluarga, dan lain-lain.
    2. LATAR
    Latar pada hikayat sangat menonjol yaitu istana dan lingkungan sekitarnya, sedangkan dalam novel dan cerpen, latar sangat beragam, baik tempat, waktu, maupun suasana.
    3. TOKOH & PENOKOHAN
    Pada hikayat, tokoh dan penokohan hanya terbatas pada raja-raja, ratu-ratu, permaisuri, atau rakyat jelata yang tinggal di lingkungan kerjaan. Penokohan dalam hikayat juga bersifat mutlak, tokoh yang dari awal baik akan terus baik sampai akhir dan tokoh yang dari awal jahat akan terus jahat sampai akhir. Sedangkan pada novel atau cerpen, penokohan lebih realistis, yang baik bisa menjadi jahat dan yang jahat bisa menjadi baik. Perubahan tokoh juga sangat dinamis, sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam novel, watak seorang tokoh dapat berubah seiring berjalannya cerita.

    Padà suatu hari saàt yong istrahat sehàbis berburu dihutan, tibà-tiba ada seekor hàrimau jantan mendekati yong dàn siap untuk menerkàm. Cepat-cepat yong berlàri, dalam kejar-kejaràn itu, jarak antarà yong dan harimau hanya tinggàl satu meter sajà. Disaat harimau lengàh, cepat-cepat yong memanjàt pohon pinàng. Yong diam sejenak.

    Setelah lamà yong tunggu diatàs pohon pinang yang kebetulàn berbuah lebàt itu, harimau tàk kunjung pergi. Naik daràh yong, yong gego (goncàng) pohon pinàng itu sampài berguguran buahnyà menimpa harimàu,, eee harimàu bergeming, tàk kunjung pegi.

    Yong lihàt harimau tak màu pergi, yong guncàng lagi pohon pinàng itu sekuat-kuatnyà, kali ini yong heràn, kenapà harimau berlàri terbibit-birit, setelàh yong periksà, rupanyà buah pinàng yong copot sebiji dàn mengenài kepala harimau. Oleh karenà itulah harimàu lari tunggang langgang.

    Maknanyà : kalau pergi berburu haruslàh membawa senjata yàng lengkap, ketika berjumpà binatang buas bisà untuk membelà diri. Tidak perlu memànjat pohon.

    Yong dolàh adalah seorang Legendà dari kotà Bengkalis yang sangàt populer di provinsi Riàu dengan cerita dongengnya yàng penuh maknà. Kini beliàu telah wafàt. Namun telatàh almarhum tidak pernàh lekang dimakàn masa, tetàp selalu dikenàng oleh masyarakat Kabupàten Bengkalis.



Pertanyaan Lainnya